Sabtu, 03 September 2016



Ku Genggam Belati

Tuhan ku tlah lelah..
Sudahi semua luka
Beban teramat memberatkan pundak hamba
Terjatuh nan tertangis setiap kalanya

Tuhan Semesta...
Lindungi, ayomi, kasihilah diri ini
Tak mampu lagi ku tetap berdiri
Menopang tubuh kian merenta

Uban memutih warnai kepala
Kian sedih kegundahan hati
Coba sekedar menoreh senyum berseri
Tertancap dalam kedukaan nan menyayat hati

Tak mampu lagi ku berdiri
Jeratan problema kian berganti
Mengapa semua ini terjadi ?
Semua salahku sedari masa muda mudi

Nampak Kau kini menghakimi
Kau berikan tatapan adzab nan pedih
Andai ku sadari sedari pagi
Mungkin ku tiada sehancur ini

Kamis, 01 September 2016



Jalan Sepi dalam Naungan Ilahi

Mataku terbelalak menatap fajar
Terbit tenggelam ditelan waktu
Senja ikut menyapa hatiku tatkala sedih
Ratapi dan terus harap pertolongan Ilahi

Kini diri ini tiada berhak mengabdi
Diriku tlah pergi dan takkan kembali
Hanya seuntai bunga tertebar mengelilingi
Tanda jasa atas kisah nan penuh history

Masih kental kesalahan diri
Bodoh ceroboh sesali budi pekerti
Khianat ingkar khilafiah terus terjadi
Namun ku hanya bisa mengenang dalam sepi

Tanah yang kian menyempitkanku
Terkujur membeku dalam pasak bumi
Helaian kain bertabur kapas menopang diri
Terus bersemayam hingga Tuhan memanggili

Setiap jiwa kan tersudut takut
Rasa khawatir cemas penuh harap tuk mimpi terajut
Bersama senyuman ku sampaikan meski itu pahit
Ya hanya pasrah dan menunggu giliransembari cemberut

Sabtu, 23 April 2016

Pasrah
20/4/16 ‪#‎Jack_Hasan‬

Entah bagaimana rasanya
Diriku menyikapinya
Sederhana belaka kesannya
Tapi membawa duka lara


Terkejut tak berdaya
Dapati kisah mengukir luka
Memberi beban di jiwa
Bagai hidup tak berguna

Hanya harap dan doa
Ikhtiar, berjuang tuk pulihkan semua
Tolonglah daku Tuhan
Kuatkan dan Bangkitkan

Lembaran terbakar
Terkubur bersamanya
Lenyap ditelan Detik nan berlalu
Bekaskan Fikir tak menentu
K A R T I N I

Sosok pahlawan negeri
Bersama gelora Semangat jiwa
Tumbuh dan kontribusi Nyata
Tuk Rubah sang garuda
Menuju Sbuah Tjuan nan mulia

Tak peduli marga, suku dan budaya
Meski kau bukan seorang pria
Kau sudi berjuang bersama
Angkat martabat wanita pribumi
Hingga harum namamu di puja

Kartini...
Hari ini kami putra putri bangsamu
Kini kami penerus perjuanganmu
Tak gentar dengan rahmat Tuhan
Berdiri kokoh nan Tegak bela negara

Doa suci kami haturkan untukmu
Smoga kau brada dalam singgasana
Bersama keridhaan Tuhan
Tenang dan Tentram di Surga


#‎Selamat‬ Hari kartini...
21April 2016
M. Hasan Muzaki/UNESA
Save our Earth

Hmm....
Angin berhembus mesra
Membelai rerumputan hijau
Bersama udara sejukkan jiwa
Menyambut sang fajar
Menampakkan sinar cerahnya


Embun pagi bersahaja
Tertawan dedaunan melintang
Alunan melodi Kicauan kenari
Bersikukuh kebisingan pagi
Polusi meraja tak terhingga
Sebabkan ozon kian tiada lagi

Lihat dan perhatikanlah...
Dengar sebari rasakan...
Perlahan sadarkan diri.
Semua keagungan Tuhan..

Lindungi dan rawatlah
Sbgaimana kholifah fil ardhi
Sbuah titah Ilahi
Tuk kita merawat Bumi

22 April 2016
M. Hasan/UNESA/Hari Bumi
Berhenti Merusak Bumi
By : M. Hasan Muzaki


Insan perusak bumi
Tak lelah dan sadarkah dirimu
Merusak dan hancurkan...
Meski kau tak mampu
Meski hanya cipta sebongkah kayu


Tanah beruntuhan...
Luapan air menggenang...
Udara panas menerjang...
Tanah kering kerontang...
Kau keluh kesahkan...

Kau yang sebabkan...
Bukan kau saja yang rasakan..
Orang lain turut rasakan jua..
Bukankah kau orang berpendidikan??
Namun kenapa kau tak merawat alam ??

Fikirkan mendalam
Bangunkan kepedulian
Manfaat kan kau dapatkan
Bukan untuk dirimu saja
Anak cucumu pun berbangga

Taburkan sebenih biji
Siram dan kasihi dia sepenuh hati
Hingga tumbuh kembang bersamamu
Butterfly Hinggap nan menari-nari

Sambutlah hari esok
Indah merekah bersama senyuman
Membawa kesejukan nan menyenyakkan
Memanjakan sejauh mata memandang
‪#‎SELAMAT_HARI_BUMI‬
22 April 2016
Lembaran Cipta Karya
M. Hasan Muzaki


Berjuta karya tercipta
Dari sentuhan cipta pengukir pena
Berbagi ilmu tuk sang penikmatnya
Tuk gapai harapan mulia


Bacalah....
Dengan menyebut nama Tuhanmu
Bersungguh-sungguhlah
Pelahan,istiqomah dan ikhlaslah
Niscaya kau dapatkan faedahnya

Lembaran terus terbaca
Sebari telaah makna kandungannya
Sumber dari ilmu Tuhan
Tertuang dalam kalamnya
Tak kan habis meski diujung usia

Bergegaslah... Dan yakinilah
Semakin dirimu haus ilmu pengetahuan
Bersama perhatikan titah sang Ila
Tuk raih masa depan nan indah

Bagai setetes air dalam samudra
Laksana botol terisi air mutiara
Terus berkembang laksana manusia
Tuk dapatkan sempurna

Sebanyak buku kau baca dan telaah
Semakin tinggi ilmu tertancap padamu
Ingatlah filosofi padi kian merunduk
Bukan membusung dada dan membatu
‪#‎Selamat_Hari_Buku_Sedunia‬
23 April 2016
Terkubur Cintaku Bersamamu
 

M. Hasan Muzaki

Terakhir....
Tatapan wajahmu terkenang
Memahat seglintir luka
Berbalut kebahagiaan sempurna


Bersamamu...
Kurasakan duka lara
Terobati senyum dan tawa
Hiasi relung jiwa nan bersahaja

Lihatlah....
Berhari hari ku menantimu
Tuk sepucuk cerita kau haturkan padaku
Karna ku tahu kau kan lakukan itu

Semasa bintang berpijar
Sesaat mata ku pejamkan
Hadirmu dalam gelap khayalan
Merusak jiwaku yang tenang

Rinduku padamu sayang
Namun kau jauh bersama Tuhan
Hanya doa ku lantunkan
Tuk Akhiratmu sang bidadari khayangan

Q.S AN-NAAS

Syaithan adalah sumber dari segala kejelekan yang ada, perancang dari segala makar, peramu segala racun, menghembuskan was-was ke dalam hati-hati manusia, mengemas perbuatan jelek sebagai perbuatan yang baik. Sehingga kebanyakan manusia terpedaya dengan makar dan racunnya.
Namun kita tidak boleh gegabah dengan mengatakan ‘celaka kamu wahai syaithan’, justru syaithan semakin membesar seperti besarnya rumah. Tetapi bacalah basmalah (bismillah) niscaya syaithan semakin kecil seperti lalat. (HR. Abu Dawud no. 4330) Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah memberikan penawar bagi “racun” yang ditimbulkan oleh syaithan tersebut. Allah subhanahu wata’ala berfirman (artinya):
“Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Al Isra’: 82)
Dan tidaklah Allah subhanahu wata’ala menurunkan suatu penyakit kecuali Allah subhanahu wata’ala telah menyediakan penawarnya. Salah satu dari penawar tersebut adalah surat An Naas, salah satu surat yang terdapat di dalam Al Quran dan terletak di penghujung atau bagian akhir darinya serta termasuk surat-surat pendek yang ada di dalam Al Quran.
Pada kajian kali ini, kami akan mengajak pembaca untuk mengkaji tentang keutamaan surat An Naas dan apa yang terkandung di dalamnya.
Keutamaan surat An Naas
Surat ini termasuk golongan surat Makkiyah (turun sebelum hijrah) menurut pendapat para ulama di bidang tafsir, diantaranya Ibnu Katsir Asy Syafi’i dan Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’dy.
Surat An Naas merupakan salah satu Al Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat yang mengandung permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat Al Falaq. Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi diantara surat-surat yang lainnya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أُنْزِلَ أَوْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ
“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (H.R Muslim no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944)
Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mencukupkan keduanya sebagai bacaan (wirid) untuk membentengi dari pandangan jelek jin maupun manusia. (HR. At Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id radhiallahu ‘anhu)
Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka yang dimaksud adalah dua surat ini dan surat Al Ikhlash. Al Mu’awwidzat, salah satu bacaan wirid/dzikir yang disunnahkan untuk dibaca sehabis shalat. Shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir membawakan hadits dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wasallam berkata:
اقْرَأُوا الْمُعَوِّذَاتِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis shalat.” (HR. Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)
Al Mu’awwidzat juga dijadikan wirid/dzikir di waktu pagi dan sore. Barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan sore, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya dari segala sesuatu. (HR. Abu Dawud no. 4419, An Naasaa’i no. 5333, dan At Tirmidzi no. 3399). Demikian pula disunnahkan membaca Al Mu’awwidztat sebelum tidur. Caranya, membaca ketiga surat ini lalumeniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh anggota badan, sebanyak tiga kali. (HR. Al Bukhari 4630Al Muawwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala islami dengan membaca ayat-ayat Al Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau dalam keadaan sakit. Beliau meruqyah dirinya dengan membaca Al Muawwidzat, ketika sakitnya semakin parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al Muawwidzat tersebut. (HR. Al Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195)
Tafsir Surat An Naas
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah (Wahai Muhammad): “Aku berlindung kepada Rabb manusia.”
مَلِكِ النَّاسِ
“Raja manusia.”
إِلَهِ النَّاسِ
“Sembahan manusia.”
Sebuah tarbiyah ilahi, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya sekaligus Khalil-Nya untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Karena Dia adalah Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki), Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini), dan Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi). Dengan ketiga sifat Allah subhanahu wata’ala inilah, Allah subhanahu wata’ala memerintahkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan.
Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah subhanahu wata’ala adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya subhanahu wata’ala. Termasuk Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
Karena hal itu termasuk perbuatan ghuluw (ekstrim), memposisikan Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bukan pada tempat yang semestinya. Bahkan beliau shalallahu ‘alaihi wasallam melarang dari perbuatan seperti itu. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersada:
لاَ تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ ، فَقُوْلُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
“Janganlah kalian berbuat ghuluw kepadaku sebagaimana Nashara telah berbuat ghuluw kepada Ibnu Maryam. Aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakanlah Abdullah (hamba Allah) dan Rasul-Nya”. (Muttafaqun ‘Alaihi)
Akan tetapi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang nabi dan rasul yang wajib ditaati dan diteladani.
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”
Makna Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar, adapun al khannas adalah mundur. Maka bagaimana maksud dari ayat ini?
Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Jawaban ini dikuatkan oleh Al Imam Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Syaithan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah subhanahu wata’ala maka syaithan lari darinya.
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
Inilah misi syaithan yang selalu berupaya menghembuskan was-was kepada manusia. Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan menarik. Mengemas kebenaran dengan kemasan yang buruk. Sehingga seakan-akan yang batil itu tampak benar dan yang benar itu tampak batil.
Cobalah perhatikan, bagaimana rayuan manis syaithan yang dihembuskan kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah subhanahu wata’ala kisahkan dalam firman-Nya (artinya):
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al jannah/surga)”. (Al A’raf: 20). Demikian pula perhatikan, kisah ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang beri’tikaf. Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri beliau shalallahu ‘alaihi wasallam) mengunjunginya di malam hari. Setelah berbincang beberapa saat, maka Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengantarkannya pulang ke kediamannya. Namun perjalanan keduanya dilihat oleh dua orang Al Anshar. Kemudian syaithan menghembuskan ke dalam hati keduanya perasaan was-was (curiga). Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melihat gelagat yang kurang baik dari keduanya. Oleh karena itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam segera mengejarnya, seraya bersabda:
عَلَى رِسْلِكُمَا, إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيّ فَقَالاَ: سُبْحَانَ الله يَارَسُولَ الله. فَقَالَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدََّم, وَإِنِّي خَشِيْتُ أَنْ يُقْذَفَ فِي قُلُوبِكُمَاشَيْئاً, أَوْشَرًّا.
“Tenanglah kalian berdua, dia adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka berdua berkata: “Maha Suci Allah wahai Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya syaithan mengalir di tubuh bani Adam sesuai dengan aliran darah, dan aku khawatir dihembuskan kepada kalian sesuatu atau keburukan.” (H.R Muslim no. 2175)
Demikianlah watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati manusia. Apalagi Allah subhanahu wata’ala dengan segala hikmah-Nya telah menciptakan ‘pendamping’ (dari kalangan jin) bagi setiap manusia, bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam juga ada pendampingnya. Sebagimana sabdanya shalallahu ‘alaihi wasallam:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاّ َقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِيْنُهُ مِنَ الجِنِّ, قَالُوا: وَإِيَّاكَ يَارَسُولَ الله ؟ قَالَ: وَإِيَّايَ, إِلاَّ أَنَّ الله أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ, فَلاَ يَأْمُرُنِي إِلاَّبِخَيْرٍ.
“Tidaklah salah seorang dari kalian kecuali diberikan seorang pendamping dari kalangan jin, maka para shahabat berkata: Apakah termasuk engkau wahai Rasulullah? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Ya, hanya saja Allah telah menolongku darinya, karena ia telah masuk Islam, maka dia tidaklah memerintahkan kepadaku kecuali kebaikan”. (HR. Muslim no. 2814)
مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dari (golongan) jin dan manusia.”
Dari ayat ini tampak jelas bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada manusia tidak hanya dari golongan jin, bahkan manusia pun bisa berperan sebagai syaithan. Hal ini juga dipertegas dalam ayat lain (artinya):
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am: 112)
Maka salah satu jalan keluar dari bisikan dan godaan syaithan baik dari kalangan jin dan manusia adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala (artinya): “Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.” (Fushshilat: 36)
 
Penutup
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala semata. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya